Perawakannya tinggi, kekar, dengan rambut berpotongan mohawk. Dia selalu
sendiri, walau pun bukan tipe penyandiri. Dia selalu nampak hadir di
gig scene punk di mana pun: Jakarta, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Batang,
Jogjakarta, Surabaya, Kediri, Malang, bahkan sampai menyeberangi
lautan, di Batam dan sekitarnya. Dari mulutnya, kita selalu mendengar
rangkaian peristiwa di gig atau kisah-kisah perjalanan yang mengesankan
atau cerita tentang band-band di gig. Dan setiap bertemu dengannya, ia
selalu bertanya,"Ada acara di mana?" atau ia memberi informasi tentang
acara di sana dan di sono... Dia boleh dibilang "penyambung lidah"
band-band punk-rock. Tapi dia juga hadir di gig reggae, begitu menikmati
gelaran konser Steven N' Coconut Treez. Dia begitu bebas dan merdeka,
tak pernah menyakiti atau melecehkan orang. "Dialah potret punk sejati,"
kata seorang kawan.
Saya tidak tahu bagaimana persisnya dia hidup selama di jalan. Tetapi yang jelas dia bekerja. Pagi atau siang hari bisa dijumpai mengamen di sekitar Gambir. Malam hari bekerja sebagai buruh bangunan. Dia begitu nyaman dengan jalan hidupnya. Pekerjaan, apa pun aktivitas itu, tidak mengikat kebebasannya untuk terus berjalan mendatangi gig, dari kota ke kota, dari desa ke desa. "Aku lebih menikmati jalan-jalan di pelosok desa, ketemu orang-orang yang baru kukenal," katanya suatu hari.
Dia selalu jalan sendiri, walaupun bukan tipe orang yang penyendiri. Dia tak pernah terlihat bergerombol. Dia selalu ringan-tangan, membantu orang. Kadang dia dekat dengan para seniman/perupa yang sedang berpameran di Galeri Nasional. Matanya dengan awas mengamati sekelilinginya, dan tanpa sungkan bertanya ini dan itu. Hidupnya mengalir, rasa humornya tinggi.
Dia adalah punk sejati. Dia ada, di sekitar kita...
Saya tidak tahu bagaimana persisnya dia hidup selama di jalan. Tetapi yang jelas dia bekerja. Pagi atau siang hari bisa dijumpai mengamen di sekitar Gambir. Malam hari bekerja sebagai buruh bangunan. Dia begitu nyaman dengan jalan hidupnya. Pekerjaan, apa pun aktivitas itu, tidak mengikat kebebasannya untuk terus berjalan mendatangi gig, dari kota ke kota, dari desa ke desa. "Aku lebih menikmati jalan-jalan di pelosok desa, ketemu orang-orang yang baru kukenal," katanya suatu hari.
Dia selalu jalan sendiri, walaupun bukan tipe orang yang penyendiri. Dia tak pernah terlihat bergerombol. Dia selalu ringan-tangan, membantu orang. Kadang dia dekat dengan para seniman/perupa yang sedang berpameran di Galeri Nasional. Matanya dengan awas mengamati sekelilinginya, dan tanpa sungkan bertanya ini dan itu. Hidupnya mengalir, rasa humornya tinggi.
Dia adalah punk sejati. Dia ada, di sekitar kita...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar